TEKUN MELAKUKAN KEHENDAK-NYA

TEKUN MELAKUKAN KEHENDAK-NYA

2 Samuel 7 : 1 – 11, 16

        Setiap kita pasti memiliki rencana masa depan. Tentu rencana itu bukan hanya mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan kita tetapi juga keinginan atau cita-cita kita. Namun demikian dalam perjalan hidup kita, tak semua apa yang kita cita-citakan dapat terwujud. Bagi orang-orang tertentu kondisi semacam itu berarti kegagalan dan mungkin saja menimbulkan keputus-asaan. Pada bacaan ini kita belajar sesuatu yang luar biasa bahwa ketidak-berhasilan atau tidak terlaksananya sebuah rencana manusia bukan hanya bergantung pada kemampuan manusia itu sendiri tetapi juga menyangkut apa yang Tuhan kehendaki dan rencanakan. Cara berpikir manusia seringkali mengesampingkan faktor ilahi dan menitik beratkan perhatian pada prestasi dan kemampuan manusia sehingga ketika sebuah harapan tidak terlaksana, orang menjadi sangat kecewa dan enggan untuk melanjutkan apa yang sudah diupayakannya.

       Sebagai seorang raja yang sukses, Daud memiliki cita-cita yang besar untuk membangun Bait Allah. Ia merasa  bahwa Allah sudah menyertai dia sepanjang kehidupannya, tetapi ia sendiri tidak memberi yang terbaik yang dapat ia persembahkan kepada Tuhan. Tentu pikiran dan cita-cita Daud ini baik dan mulia, tentu di dalamnya terkandung keinginan untuk mencapai pengakuan pula bahwa sebagai raja yang berhasil, ia menyempurnakan keberhasilannya dengan membangun bait Allah yang pertama. Namun cita-cita dan harapan Daud ini tidak sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Meskipun situasi kerajaan menurut pemandangan Daud sedang kondusif untuk melakukan pembangunan itu. Tuhan ternyata sudah memiliki rencana mengenai pembangunan bait Allah yang kelak akan diwujudkan oleh Salomo, keturunan Daud. Bagaimana respon Daud mengenai rencana Tuhan itu? Adakah dia kecewa? Sebagai manusia tentu ia memiliki kekecewaan, namun terlihat benar karakternya sebagai sahabat Allah, ia percaya bahwa Allah tahu yang terbaik oleh sebab itu ia dengan kerelaan hati melepas impiannya itu. Ia tetap tekun mengerjakan bagiannya. Bahkan diceritakan dalam Alkitab, Daud setia sampai akhir hidupnya. Kita belajar dari Daud tentang sikap hidup sebagai mitra dan sahabat Allah, yang selalu melibatkan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam setiap rancangan kehidupan. Apakah Allah juga terlibat dalam setiap perencanaan kehidupan kita? Adakah kita bertekun dalam doa dan firman untuk setia mencari kehendak-Nya dalam hidup kita? Amin

Share

Recommended Posts

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x