MERENDAH DI HADAPAN SANG MAHA KUASA

MERENDAH DI HADAPAN SANG MAHA KUASA

Matius 21 : 23 – 32

Memandang orang lain lebih rendah dan merasa diri sendiri lebih baik dari yang lain, merupakan salah satu sumber pertikaian. Tidak hanya di dalam masyarakat, tetapi juga di dalam lingkup yang lebih kecil: keluarga. Ketika suami merasa lebih berkuasa daripada istri atau ketika istri merasa lebih berjasa daripada suami, ketika orang tua merasa lebih berhikmat daripada anak-anak atau anak-anak merasa lebih pintar daripada orang tua, maka hal-hal tersebut akan menimbulkan konflik.

Para Imam dan Tetua bangsa Yahudi merasa memiliki wewenang paling tinggi dalam urusan keagamaan. Itu sebabnya mereka mempertanyakan wewenang yang dimiliki Yesus pada saat Ia berkhotbah di Bait Allah. Padahal mereka tidak lebih daripada seorang anak sulung yang seolah-olah baik dalam perkataan, tapi tidak menjalankan apa yang dikatakannya, sebagaimana perumpamaan yang Yesus sampaikan setelah menanggapi pertanyaan mereka (Matius 21:28-32).

 Salah satu filosofi masyarakat Jawa adalah: “Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa.” Jangan merasa serba bisa, merasa diri paling baik, tapi marilah kita berani mengakui bahwa orang lain juga dapat melakukan hal yang baik dan benar. Bahkan mungkin lebih baik daripada diri kita sendiri. Dengan demikian kita dapat menjaga keharmonisan dalam kehidupan rumah-tangga.

Share

Recommended Posts

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x