Mengalami Damai Sejahtera Allah dalam Batin yang Terluka

Mengalami Damai Sejahtera Allah dalam Batin yang Terluka
Filipi 4:1–9
Relasi dan komunikasi yang intens membuat manusia yang terlibat di dalamnya memiliki kemungkinan untuk berkonflik. Semakin dekat hubungan manusia semakin besarlah ekpektasi yang diletakkan padanya, oleh sebab itu ketika terdapat perbedaan pandang, konflik pasti tak terhindarkan karena ekspektasi tidak bertemu dengan realita. Hubungan dalam keluarga misalnya, seorang Suami pastilah menaruh ekpektasi terhadap Isterinya demikian pula sebaliknya dan orangtua kepada anak-anak demikian pula sebaliknya. Ketika apa yang diharapkan tidak terwujud kadang orang perlu menegaskan harapannya baik itu melalui kata-kata-kata yang keras maupun ungkapan kekecewaan. Ungkapan-ungkapan itu bisa saja saling menimbulkan luka. Dalam hubungan keluarga yang cair, kekecewaan atau luka hati bisa segera dikomunikasikan dan diselesaikan tetapi dalam banyak keluarga, sakit dan luka hati itu tidak terjembatani sehingga kemudian terakumulasi dan menimbulkan luka menganga yang tak kunjung sembuh. Ketika luka itu bertambah terus melalui komunikasi dan relasi yang rusak maka luka hati semakin parah dan kadang orang melihat perpisahan sebagai jalan keluar.
Padahal dalam banyak kasus perpisahan juga menimbulkan luka lebih dalam yang kadang tak tersembuhkan. Menimbulkan penyakit bathin yang bukannya tidak mungkin mengarahkan orang pada penyakit psikosomatik. Paulus melihat gejala ini dalam kehidupan jemaat di Filipi. Karena dekatnya hubungan antar mereka oleh karena disatukan oleh penderitaan yang sama, merekapun tak luput dari konflik dan bahaya perpecahan. Oleh sebab itulah Paulus mengingatkan jemaat untuk kembali kepada ajaran yang sehat yaitu yang bersumber pada Kristus Sang pendamai dan sumber kasih itu. Luka hati mungkin tak terhindarkan, tetapi bagi orang percaya, solusinya ada pada Kristus yang meneladankan pengampunan tanpa batas, kerelaan berkorban dan kesediaan untuk datang dan dipulihkan oleh Allah. Rasul Paulus mengingatkan jemaat: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” (ayat 8 dan 9). Mari kita membangun jiwa yang sehat yang bersumber pada damai Sejahtera Allah dalam keluarga kita masing-masing!
Recommended Posts

Keluarga yang Meneladan Kristus
October 29, 2023

Doa Menjadi Dasar Komunikasi yang Harmonis
October 22, 2023

Membiasakan Hidup Adil dan Benar
October 08, 2023