Kemuliaan Yang Terselubung

2 Korintus 3 : 12 – 4 : 2
Musa dikenal sebagai tokoh yang memimpin umat Tuhan selama perjalanan 40 tahun. Salah satu peristiwa yang cukup dikenang dalam kepemimpinannya adalah perjumpaannya dengan Tuhan di Gunung Sinai. Dalam perjumpaan itu, Tuhan mengadakan perjanjian dengan umat-Nya. Perjanjian ditulis dalam dua loh batu, yang sekarang kita kenal dengan Kesepuluh Firman. Perjumpaan Tuhan dengan Musa itu berlangsung selama 40 hari/malam.
Lalu Musa turun dari gunung Sinai itu dengan membawa dua loh ditangannya. Musa tentu merasa letih-lesu dan tanpa disadari Musa, kulit mukanya justru bercahaya (Kel. 34:29). Wajah Musa bercahaya karena ia telah berbicara dengan TUHAN dan menerima firmanNya dan siap memberlakukannya. Namun bagaimanakah umat menyambut Musa yang membawa dua loh batu berisi firman Tuhan itu? Mereka ketakutan dan mereka tidak mampu memandang sinar Tuhan pada wajah Musa. Musa sendiri sangat bersukacita saat menerima perjanjian Tuhan, yang tertuang dalam hukum Tuhan. Namun, tidak demikian dengan umat, pikiran dan hati mereka terselubung oleh dosa. Mereka tidak dapat memahami perjanjian Tuhan itu. Mereka memandang firman Tuhan sebagai beban. Mereka tidak kuasa menikmati janji Tuhan itu sebagai janji keselamatan bangsa itu. Mereka tidak dapat menerima firman Tuhan karena mereka belum menerima Tuhan sepenuhnya. Bangsa Israel tidak mengerti maksud sebenarnya dari Hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa selubung ini hanya dapat dibuka jika orang menafsirkan hukum itu dengan mengimani Yesus sebagai Kristus.
Firman Tuhan berkata (16), jika orang berkeinginan membuka selubung dalam dirinya, maka ia harus berbalik kepada Tuhan. Mereka perlu berbalik kepada Tuhan agar hati mereka dibukakan. Dengan menerima Yesus maka selubung itu akan terkuak, sehingga hati manusia dapat memandang Tuhan. Lalu manusia dapat memahami dan memberlakukan kehendak Tuhan. Dalam hidup yang demikianlah manusia menikmati sukacita. Segala usaha, pekerjaan yang digeluti tidak dipandang sebagai beban hidup tetapi bagian dari panggilan hidup. Saat demikianlah manusia dibebaskan dari tekanan, ia bisa menikmati kehidupan.
Sebagai orang percaya, kita memiliki tugas, panggilan, dan tanggung jawab untuk mencerminkan kemuliaan Allah dan memantulkannya melalui sikap hidup dan tingkah laku sehari-hari. Tentunya pertama dengan cara taat dan setia kepada Yesus dalam kondisi apapun yang kita alami. Kedua dengan mau melakukan perubahan diri melalui sikap hidup yang berkenan kepada Tuhan (18).
Berangkat dari kedua hal tersebut di atas, peristiwa Transfigurasi dapat kita hayati sebagai penguatan panggilan hidup kita, seperti Tuhan Yesus. Kemauan untuk mempercayakan diri sepenuhnya dan mau setia dengan perubahan diri, merupakan wujud kemuliaan Allah yang terpancar dalam kehidupan orang percaya.
Recommended Posts

Firman Tuhan dan Tantangan Moral
September 17, 2023

Firman Tuhan dan Tantangan Ekonomi
September 10, 2023

Firman Tuhan dan Tantangan Teknologi
September 03, 2023