Cintaku Pada Rumah-Mu

Cintaku Pada Rumah-Mu

Yohanes 2: 13-22

Tiap orang Yahudi yang sudah dewasa dituntut untuk mengikuti beberapa perayaan keagamaan yang dipusatkan di bait Allah. Setidaknya mereka akan mengikuti tiga hari raya (Kel 23:14-17). Salah satunya adalah Paska (Yoh 2:13, 23). Bait Allah Yerusalem akan penuh sesak dengan orang Yahudi dari berbagai tempat, saat hari raya keagamaan diperingati, baik yang berasal dari wilayah Israel maupun negara lain. Mereka yang akan menunaikan kewajiban agama, memerlukan hewan korban dan uang khusus untuk pembayaran ke bait Allah. Persoalannya, tentu mereka akan kesulitan membawa hewan-hewan korban itu bepergian bersama mereka. Hal lain adalah, mereka kesulitan untuk bisa mendapatkan uang khusus tersebut di negara mereka masing-masing?

Pada waktu itu, para imam telah mengizinkan para pedagang untuk memenuhi kebutuhan ibadah dari para peziarah. Mereka berjualan di halaman bait Allah atau di pelataran untuk kaum proselit atau yang disebut juga the Court of Gentiles. Yohanes 2:14-15 hanya mencatat tentang para penjual kambing-domba, lembu, burung merpati, dan penukar uang.

Tujuan awal di balik praktik penjualan hewan korban dan uang bea bait Allah adalah baik. Para peziarah akan sangat tidak nyaman apabila harus membawa binatang-binatang korban jauh-jauh dari tempat asal mereka. Mereka pun akan mengalami kesulitan mendapatkan mata uang khusus yang diperlukan. Jadi, dengan perdagangan ini membuat praktek ibadah bangsa Yahudi menjadi lebih nyaman. Tetapi mengapa Yesus memiliki sikap lain dengan malah mengusir pedagang dengan ternaknya, juga membalikkan meja-meja penukar uang dan menghamburkannya? Kata “Bait Suci” di ayat 13-18 menggunakan kata hiron, ini penting kita ketahui karena kata ini mewakili struktur, mewakili  bangunan,  mewakili  organisasi.  Tetapi  kata  “Bait  Allah”  di  ayat  19-20  memakai  kata  nahos  yang menggambarkan  Allah  memenuhi,  Allah  mendiami  bait  tersebut.  Jadi  bukan  lagi  membicarakan  struktur, membicarakan organisasi, membicarakan bangunan yang mati atau tumpukan batu-batu, tetapi tempat di mana Tuhan bersemayam. Yesus Kristus memimpin kita semua untuk memahami apa itu Bait Allah yang sejati, melalui penyuciannya. Penyucian Bait Allah oleh Yesus Kristus, karena Ia melihat ketiadaan cinta rumah Tuhan, dari praktik- praktik keagamaan. Dan hal tersebut disadari oleh para murid-Nya pada masa mendatang, melalui ungkapan mereka di ayat 17, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”

Menyatakan cinta Allah dan manusia diwujudkan dalam aktivitas kehidupan. Rumah Allah (oikos) adalah tempat di mana ekspresi cinta kepada Allah dan sesama dapat diwujudkan melalui ibadah. Ibadah yang sejati tidak mengekspresikan cinta diri (ke dalam), tetapi akan selalu mengekspresikan cinta manusia kepada Allah dan sesama (ke luar).

Di tengah disrupsi dan dampak pandemi xzcovid 19, gereja dipanggil untuk menjawab kebutuhan umat sebagai ekspresi cinta kepada Rumah Allah (oikos).

Share

Recommended Posts

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x