BERANI PERCAYA
Markus 8 : 31 – 38
Ada orang yang merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang piawai berdoa. Mungkin hal ini juga yang dialami oleh saudara dan saya. Apalagi kalau harus merangkai kata-kata puitis yang panjang dalam sebuah rangkaian doa. Seorang ibu dalam tulisannya di sebuah buku yang berjudul Kisah Kasih Aku dan Dia mengungkapkan bahwa ia bukanlah seorang yang piawai berdoa. Bukan berarti bahwa ia tidak pernah berdoa. Dia selalu berdoa. Hanya saja doa yang dihaturkannya kepada Tuhan relatif sangat pendek. Seperti ketika suaminya divonis dokter kangker usus. Ibu ini senantiasa mendampingi suaminya dengan doa sederhana yang dia panjatkan. Sambil memegang tangan suaminya, ibu ini berdoa dalam batinnya kepada Tuhan: saya mohon Tuhan, sembuhkanlah suami saya. Tindakan itu dilakukannya sampai pada akhirnya Tuhan menjemput suaminya di pertengahan bulan Mei 2018.
Entah mengapa semenjak suaminya meninggal, ibu ini bertubi-tubi mengalami sakit. Apakah Tuhan tidak mendengarkan doanya karena doanya terlalu pendek? Pertanyaan itu selalu hinggap dalam benaknya. Sampai suatu ketika ia mau bangun di pagi hari. Rasa linu di kaki kanannya membuat dia tidak bisa bangun. Sekali lagi ia berdoa. Seperti sebelumnya, doanya pendek. Hanya saja, ia serukan kepada Tuhan secara berulang-ulang. Dalam ketidakberdayaan dan keyakinan ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Anak-anak dan keluarga jauh dari jangkauannya.
Tiba-tiba salah satu anaknya datang langsung membuka kamarnya. Moment itu bagi ibu ini adalah cara Tuhan menjawab doanya.Yang dibutuhkan oleh ibu ini adalah keyakinan dan keberanian untuk menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan.
Memiliki keberanian dan keyakinan untuk menyerahkan hidup ke dalam tangan Tuhan ketika mengalami penderitaan yang bertubi-tubi bukanlah perkara yang mudah. Itu juga yang dialami oleh Petrus. Penyangkalan demi penyangkalan terus diungkapkan oleh Petrus. Petrus takut jika penderitaan yang akan dihadapinya membuat Tuhan kemudian meninggalkannya. Petrus merasa ia akan menghadapi dan melalui penderitaan tersebut seorang diri. Ketakutan hanya ada dalam pikiran dan hatinya sehingga Petrus tidak merasakan bahwa Yesus akan tetap selalu ada bersama dengannya. Sedangkan bagi si ibu, melalui doa sedehana yang didoakan berulang-ulang menambah keberaniannya untuk percaya bahwa Tuhan tetap ada bersama dengan dia dan Tuhan mendengarkan jeritan hatinya. Yang dibutuhkan hanya berani percaya kepada kuasa Tuhan meskipun dalam doa yang sederhana sekalipun.
Recommended Posts
Janji Allah Menguatkan Hidupmu
March 13, 2022
HIDUP HARUS BERLANJUT
March 06, 2022
YUNUS : DOA YANG JUJUR
February 27, 2022